Menjemput Impian

Teriknya panas matahari tidak meruntuhkan semangat Acong untuk terus bergerilya mencari, mengais tong-tong di depan pertokoan untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik untuk kemudian dijual kepada pengumpul. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut meski tidak seberapa tapi sangat ia nikmati.. ketika anak seumurannya pada saat-saat seperti itu sibuk berkutat dengan buku-buku disekolah mereka, ketika anak-anak lainnya sibuk bermain dengan mobil-mobilan remote control, Acong hanya tau sampah plastik.. Itulah kehidupannya. Hari-hari berlalu, rutinitas kehidupan Acong tetap begitu-begitu saja..

Malampun tiba, diterangi lampu teplok yang memancarkan cahaya temaram ia membolak balik sebuah buku kucel yang ia temukan sewaktu bergerilya di sekitar pertokoan. Perlahan tapi pasti keingintahuannya semakin hari semakin kuat, terbukti belakangan ia sering mondar-mandir disekitar toko buku dekat tempat tinggalnya. Diam-diam ia mulai mencari tahu bagaimana agar ia bisa bersekolah seperti layaknya anak-anak seumurannya yang lain. Hasil yang didapatnya digunakan sehemat mungkin agar sisanya bisa ia simpan untuk biaya sekolahnya kelak. Itulah impian seorang Acong..

Hari berganti minggu..minggu berganti bulan..bulan berganti tahun..si Acong kecil kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang mandiri. Dengan langkah mantap ia berjalan menuju halte dekat kost-annya menunggu bus jurusan Pasar Minggu. Ia kini telah terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi salah satu Universitas di Jakarta Timur. Kerja kerasnya tidak percuma, sebagai agen koran yang kini digelutinya diluar waktu kuliah, ia dibantu oleh lima orang loper atau penjaja koran keliling..dari hasil itulah ia sisihkan buat biaya kuliah yang menjadi tumpuan harapannya di masa depan.. demi satu tekad..suatu saat nanti si Acong harus menjadi industriawan yang diperhitungkan di negeri ini.

Komentar

Postingan Populer